Monday, May 16, 2016 0 comments

Hampir Satu Tahun

Hampir satu tahun tak kurasa lagi sentuhan tanganmu di jari-jariku. Hangatnya telah hilang tergerus musim. Namun, aku masih ingat betul sentuhan itu. Sentuhan yang terasa sangat berat dan menyayat hati. Sentuhan kaku tanganmu yang terakhir.

Hampir satu tahun aku tak melihat kedua mata yang sangat-sangat-sangat kusuka. Tiap ku memejamkan mata dan mengingatnya, perasaanku langsung sesak dengan rindu dan sendu. Ah, akankah kutemukan mata yang lebih indah dari milikmu? Mungkin iya, suatu saat nanti.

Hampir satu tahun pernyataan itu berlalu terbawa angin. Masih saja terasa tajam jika dikenang kembali. Pernyataan yang sudah sangat terduga. Pernyataan yang sangat memilukan sekaligus memperjelas semua yang terlanjur menjadi kelabu. Pernyataan yang akhirnya diutarakan. Akhirnya.

Hampir satu tahun setelah kudengar kalimat terakhir yang kau ucapkan. Masih saja terekam jelas getar suaramu dengan pepohonan sebagai saksinya. Sumpah, saat itu aku berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum padamu! Tapi aku tidak bisa. Maafkan aku.

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, mau sampai kapan aku mengenangmu seperti ini. Karena, setelah kupikir berkali-kali, berbagai hal yang kau lakukan padaku itu payah. Sangat payah! Sampai-sampai aku hampir bisa tidak sedih saat mengingat-ingatnya kembali.



Tapi tidak bisa.



Mengenang tanpa lara cukup mustahil. Melupakanmu? Apalagi.



Untuk kau tau saja, hampir setiap malam aku berusaha berdamai dengan semua hal tentangmu. Berusaha melihat semua hal positif dari apa yang telah terjadi. Berusaha untuk mengingat baiknya saja. Berusaha untuk mengingat hal-hal yang menyenangkan saja. Semakin aku berusaha, semakin aku tersendat. Ujung-ujungnya pilu. Ujung-ujungnya sedu.

Malam ini pun tak jauh berbeda. Berakhir hambar di atas ranjang dengan pikiran yang penuh dan jiwa yang hampir kosong.



Apa kabar, kau yang tidak lagi menyayangiku seperti hari kemarin? Lagi-lagi aku hanya bisa merindumu dalam kegetiran malam ini.
 
;